Bandar Lampung – Ketua DPRD Provinsi Lampung sekaligus Ketua DPD Pemuda Tani Indonesia Provinsi Lampung menegaskan bahwa Lampung siap menjadi lokomotif hilirisasi pangan nasional sebagai bagian dari upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam momentum peringatan Hari Tani Nasional 2025, yang dinilainya bukan hanya ajang historis, melainkan refleksi strategis untuk memperkuat posisi petani sebagai fondasi ketahanan pangan dan ekonomi bangsa.
“Kontribusi besar sektor pertanian harus ditingkatkan melalui hilirisasi agar petani tidak sekadar menjadi produsen bahan mentah. Lampung punya semua modal untuk memimpin transformasi ini,” ujarnya di Bandar Lampung, Sabtu (12/10/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 11,4 persen terhadap PDB nasional. Di Lampung, kontribusi sektor ini jauh lebih tinggi, mencapai 27,34 persen terhadap PDRB triwulan III-2024.
“Artinya, hampir sepertiga denyut ekonomi Lampung digerakkan oleh petani dan hasil bumi. Ini menandakan betapa strategisnya Lampung bukan hanya bagi daerah, tapi juga bagi ketahanan pangan nasional,” lanjutnya.
Hilirisasi Jadi Kunci Nilai Tambah Petani
Selama ini, Lampung dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas unggulan nasional seperti kopi robusta, singkong, jagung, dan lada. Namun, sebagian besar masih dijual dalam bentuk bahan mentah dengan nilai tambah rendah.
“Sudah saatnya Lampung tidak hanya menjadi lumbung bahan baku. Hilirisasi harus menjadi gerakan bersama,” tegas Ketua DPRD Lampung itu.
Ia mencontohkan, singkong bisa diolah menjadi tepung mocaf dan turunannya; kopi menjadi produk premium siap seduh; cabai dan bawang merah diolah menjadi bubuk atau pasta agar tahan lama dan bernilai jual tinggi.
Menurutnya, hilirisasi pangan tidak kalah penting dibanding hilirisasi sektor tambang yang selama ini menjadi fokus pemerintah pusat. “Dengan mendorong produk pertanian masuk ke rantai nilai industri, kita bukan hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani,” jelasnya.
Petani Milenial dan Transformasi Desa
Ketua DPRD Lampung itu juga menekankan pentingnya peningkatan sumber daya manusia (SDM) petani, terutama generasi muda di sektor pertanian.
Pelatihan teknologi pascapanen, digital marketing, dan manajemen usaha tani dinilai menjadi langkah penting agar petani mampu naik kelas.
“Petani milenial di Lampung mulai bergerak ke arah itu. Mereka menggunakan media sosial dan marketplace untuk memasarkan produknya. Jika didukung dengan kebijakan nasional dan infrastruktur pengolahan di desa, maka transformasi pertanian akan berjalan lebih cepat,” ujarnya.
Sejalan dengan Agenda Nasional
Hilirisasi pangan dinilai sejalan dengan agenda strategis pemerintahan baru 2024–2029, yang menempatkan kedaulatan pangan dan penguatan industri berbasis sumber daya lokal sebagai prioritas utama pembangunan ekonomi nasional.
Visi ini juga mendukung arah besar Indonesia Emas 2045, di mana sektor pertanian diharapkan menjadi salah satu pilar kemandirian dan kesejahteraan bangsa.
“Lampung bisa menjadi miniatur transformasi pertanian nasional. Dengan dukungan semua pihak—pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan komunitas petani—kita bisa mewujudkan pertanian yang modern, bernilai tinggi, dan menyejahterakan,” pungkasnya.
Membangun dari Desa, Mewujudkan Indonesia Emas
Momentum Hari Tani Nasional 2025, lanjutnya, harus menjadi gerakan bersama untuk membangun ekosistem hilirisasi pangan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Petani bukan sekadar penyedia pangan, mereka adalah garda depan kedaulatan bangsa. Dengan hilirisasi, peningkatan kualitas SDM, dan pemasaran modern, kita bisa memastikan petani Indonesia benar-benar naik kelas,” tutupnya.
🟢 Catatan Redaksi:
Tulisan ini menggambarkan dorongan DPRD Provinsi Lampung dalam menjadikan Lampung sebagai pusat hilirisasi pertanian nasional, sejalan dengan visi pembangunan ekonomi berbasis pangan yang berkelanjutan. (Red/Adv)